"MANDIRILAH ANAKKU"
karya Muliani Rahmah
Subuh
yang sangat dingin Ahmad bangun dari lelap tidurnya. Dia bergegas mengambil air
wudhu lalu shalat subuh berjama’ah di moshalla. Setelah dari mushalla dia dan
dua temannya Fahmi dan Ijai bergegas ke rumah Bu Siti untuk mengambil kue untuk
hari ini dia jajakan keliling kampung. Ahmad dan temannya berjualan dari
desanya Habirau sampai desa Parigi. Dia menjual berbagai kue khas Banjar,
seperti kue Untuk, Paranggi, Roti Pisang,
Cincin, Pais Pisang, Putri Manjinguk, Ulin-Ulin, dan sebagainya. Dia selalu
berteriak agar pembeli memanggil dia untuk singgah ke rumah. “ Untuk, Paranggi,
Roti Pisang , Pais, Putri Manjinguk.” Kata-kata itu selalu di ulang-ulang, agar
dagangannya laku semua.
Ahmad
yang masih duduk di kelas 6 SD itu selau rajin berjualan kue , semenjak ayahnya
meninggal dunia ketika dia duduk di kelas 4. Dia tidak ingin minta uang jajan
kepada ibunya. Dia juga awalnya cuma ikut-ikutan dengan teman-temannya, katanya
lumayan tidak usah lagi minta uang jajan kepada ibunya. Walaupun akibat mereka
berjualan kue, mereka jadi terlambat sekolah dan tidak sempat mandi pagi. Dan kebiasaan
itu berlangsung hingga mereka kelas 6. Selain menjajakan kue dari pagi hingga
subuh mereka juga menjajakan kue Lupis pada siang harinya.
Ahmad
memang bukan dari keluarga yang miskin ,dan ibunya juga masih mampu saja
memberi dia uang jajan, namun dia sudah berpikir dewasa untuk bekerja sendiri
tanpa harus merepotkan orang tuanya.
Suatu
hari Ahmad dan teman-temannya menjajakan kue keliling kampung, namun kuenya
banyak tidak laku, dan mereka harus menjual sampai ke desa Parigi, padahal
mereka harus sekolah. Dan mereka mau tidak mau menjual dagangannya dengan harga
modal. Apa yang terjadi, mereka terlambat masuk sekolah dan mendapat hukuman
dari guru mereka.
Ahmad
yang sangat pas-pasan nilai hasil belajarnya di sekolah, dia tetap saja
menjajakan kue. Mungkin karena dia sudah sangat suka berjualan kue, sambil
olahraga juga katanya. Walau sekolah tak sempat mandi. Suatu ketika di kelas,
dan Ahmad baru datang menjajakan kue dia beserta teman-temannya masuk kelas.
“Ahmad,
Fahmi, Ijai, kalian terlambat terus, nanti jangan terlambat lagi, dan nilai
kalian juga anjlok, ibu harap kalian belajar sungguh-sungguh agar kalian kelas
6 ini lulus, karena kalian terlambat lebih dari 40 menit, jadi ibu beri kalian
hukuman!”
“Ibu,
tolong jangan hukum kami, kami setiap pagi harus menjajakan kue keliling kampung.
Apa ibu tidak kasihan dengan kami?”
“Apa?
Kalian menjajakan kue setiap pagi? Apa orang tua kalian benar-benar tidak mampu?”
“kalau Fahmi dan Ijai memang anak yang tidak mampu bu. Dan saya cuma seorang
anak yatim yang tidak mau minta uang jajan kepada ibu saya dan ibu saya juga
banyak tanggungan seperti membiayai sekolah saya, adik, dan kakak saya.”
“Kalau begitu ibu ijinkan kalian menjajakan
kue, tapi jangan lewat dari setengah jam telat masuk sekolahnya ya.” Kata ibu
guru dengan nada yang lembut kepada mereka karena dia kasihan. Karena dia juga
pernah merasakan hal yang lebih dari apa yang dialami murid-muridnya itu.
“Ya
, insya Allah bu.” Kata Ahmad, Fahmi, dan Ijai.
Lalu
mereka duduk di bangku masing-masing, dan mengikuti pelajaran dengan
sungguh-sungguh. Mereka ingin sekali meneruskan sekolah ke MTs.
Dan
tiba saatnya ujian sekolah, ahmad pun bersiap-siap ke sekolah dan dia pun
selalu berdoa agar lulus dengan nilai yang memuaskan. Untuk ujian ini dia tidak
berjualan kue lagi.
Sebulan
kemudian acara kelulusan dan perpisahan sekolah pun diadakan, ahmad sangat
deg-degan karena ini adalah pengumuman hasil belajar selama 6 tahun sekolah. Dengan
wajah lugunya dia sangatlah cemas, namun dia tetap yakin bisa lulus. Kepala sekolah
pun maju dan mengumumkan kalau kelas 6 lulus semua. Ahmad dan teman-teman pun
bergembira ria. Dalam hati ahmad menyebut rasa syukur.
“Alhamdulillah,
aku dan teman-teman lulus, dan aku bisa melanjutkan sekolah, ayah di sana pasti
senang sekali kalau ahmad lulus, ahmad akan selalu giat belajar agar ayah
senang di sana. Aku sangat mencintai ayah.” kata Ahmad sambil meneteskan air mata.
Ahmad
ada apa denganmu? Kan kamu juara 3 seharusnya kamu bergembira,
“aku
teringat saja dengan ayahku. Seharusnya beliau yang menghadiri acara kelulusan
ini, bukan kakak saya. Sudahlah ayah kamu pasti senang kok di sana, karena kamu
lulus dengan juara 3. Jangan sedih lagi ya.”
“Oke, semangat!”
Besok
pendaftaran MTsN Negara PIP sudah dibuka, kita daftar sama-sama yuuk!”
“Oke
lah, Alhamdulillah masih ada uang hasil berjualan kue untuk pendaftaran.”
“Kamu
tetap aja suka menabung ya, Mi?”
“Iya
dong, Fahmi. Hehehehehe.”
Ahmad
pun akhirnya bersekolah di MTsN Negara PIP , dia tidak bisa berjualan kue
keliling kampung lagi. Karena jarak sekolah sangat jauh dari rumahnya. Dan dia
akan tetap tetap kerja, walaupun bukan sebagai penjaja kue lagi. Dia masih
bingung mau kerja apa. Dia pun mendatangi kawannya.
“Mi,
sekarang kita kerja apa ya, aku masih
bingung, kamu mau kerja apa?”
“Aku sih kerjanya cuma memancing ikan aja di
sungai.”
“Kalau
begitu aku memancing juga, lumayan buat mamaku tidak usah lagi beli ikan.” Kata
ahmad.
Keesokan
harinya Ahmad pun membeli alat pancing ke pasar, dan dia mencari umpan sendiri
di belakang rumah. Ketika sore hari ahmad bersama Fahmi dan Ijai pergi
memancing di danau rawa-rawa. Danau itu cuma ada ketika musim hujan, kalau
musim kemarau danau itu tidak ada, malah menjadi tempat yang subur untuk
menanam padi, semangka, waluh, ubi, jagung dan tanaman lainnya.
Kalau
musim bertanam mereka kerja membantu orang mengangkut semangka, waluh, jagung,
ubi, dan hasil panen lainnya untuk dikirim ke daerah lain. Biasanya ,mereka
medapat upah lima ribu rupiah, dan kerja sangatlah melelahkan.
Selama
tiga tahun mereka kerja hingga tamat sekolah Madrasah Tsanawiyah. Dan akhirnya Ahmad
memutuskan untuk sekolah SMK dan dia ingin sekali belajar mesin. Katanya dia
bisa kerja setelah lulus sekolah. Dia menonton berita kalau anak SMK bisa
membuat laptop, sepeda motor, dan mobil. Dia ingin sekali seperti mereka.
Akhirnya
dia mendaftar sekolah SMK, dan dia sangatlah giat belajar. Selain belajar di
sekolah dia juga belajar dari internet mencari sumber ilmu, agar dia bisa
menciptakan sesuatu yang bisa membuat daerahnya bangga.
Selama
tiga tahun di SMK dia berhasil lulus dengan predikat juara 1. Dan mendapat
penghargaan. Karena dia berhasil merakit sebuah kendaraan yang ramah lingkungan
dan hanya dengan memasukkan oli saja sudah bisa jalan, tanpa harus memerlukan
bahan bakar minyak lagi dan perusahaan pun mengontrak dia, dan akhirnya dia
menjadi ahli mesin yang handal.
“Ayah,
Ahmad yang suka jualan kue, memancing, dan mengangkut semangka, kini Ahmad bisa
menjadi orang sukses, ayah selalu bilang kepada saya
“Mandirilah
nak, jangan pernah malas bekerja dan berdoa kepada Allah, insya Allah kamu
sukses nak”
“Ayah,
Ahmad akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk ayah.” Ahmad berkata
sambil meneteskan air mata sambil memegang foto ayahnya. Lalu Ahmad membacakan surah
Al-Fatihah untuk ayah tercintanya.
>>>>>>tamat<<<<<<<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar