Selasa, 18 September 2012

Cerpen



"MANDIRILAH ANAKKU"

karya Muliani Rahmah

Subuh yang sangat dingin Ahmad bangun dari lelap tidurnya. Dia bergegas mengambil air wudhu lalu shalat subuh berjama’ah di moshalla. Setelah dari mushalla dia dan dua temannya Fahmi dan Ijai bergegas ke rumah Bu Siti untuk mengambil kue untuk hari ini dia jajakan keliling kampung. Ahmad dan temannya berjualan dari desanya Habirau sampai desa Parigi. Dia menjual berbagai kue khas Banjar, seperti kue Untuk, Paranggi, Roti Pisang, Cincin, Pais Pisang, Putri Manjinguk, Ulin-Ulin, dan sebagainya. Dia selalu berteriak agar pembeli memanggil dia untuk singgah ke rumah. “ Untuk, Paranggi, Roti Pisang , Pais, Putri Manjinguk.” Kata-kata itu selalu di ulang-ulang, agar dagangannya laku semua.
Ahmad yang masih duduk di kelas 6 SD itu selau rajin berjualan kue , semenjak ayahnya meninggal dunia ketika dia duduk di kelas 4. Dia tidak ingin minta uang jajan kepada ibunya. Dia juga awalnya cuma ikut-ikutan dengan teman-temannya, katanya lumayan tidak usah lagi minta uang jajan kepada ibunya. Walaupun akibat mereka berjualan kue, mereka jadi terlambat sekolah dan tidak sempat mandi pagi. Dan kebiasaan itu berlangsung hingga mereka kelas 6. Selain menjajakan kue dari pagi hingga subuh mereka juga menjajakan kue Lupis pada siang harinya.
Ahmad memang bukan dari keluarga yang miskin ,dan ibunya juga masih mampu saja memberi dia uang jajan, namun dia sudah berpikir dewasa untuk bekerja sendiri tanpa harus merepotkan orang tuanya.
Suatu hari Ahmad dan teman-temannya menjajakan kue keliling kampung, namun kuenya banyak tidak laku, dan mereka harus menjual sampai ke desa Parigi, padahal mereka harus sekolah. Dan mereka mau tidak mau menjual dagangannya dengan harga modal. Apa yang terjadi, mereka terlambat masuk sekolah dan mendapat hukuman dari guru mereka.
Ahmad yang sangat pas-pasan nilai hasil belajarnya di sekolah, dia tetap saja menjajakan kue. Mungkin karena dia sudah sangat suka berjualan kue, sambil olahraga juga katanya. Walau sekolah tak sempat mandi. Suatu ketika di kelas, dan Ahmad baru datang menjajakan kue dia beserta teman-temannya masuk kelas.
“Ahmad, Fahmi, Ijai, kalian terlambat terus, nanti jangan terlambat lagi, dan nilai kalian juga anjlok, ibu harap kalian belajar sungguh-sungguh agar kalian kelas 6 ini lulus, karena kalian terlambat lebih dari 40 menit, jadi ibu beri kalian hukuman!”
“Ibu, tolong jangan hukum kami, kami setiap pagi harus menjajakan kue keliling kampung. Apa ibu tidak kasihan dengan kami?”
“Apa?  Kalian menjajakan kue setiap pagi?  Apa orang tua kalian benar-benar tidak mampu?” “kalau Fahmi dan Ijai memang anak yang tidak mampu bu. Dan saya cuma seorang anak yatim yang tidak mau minta uang jajan kepada ibu saya dan ibu saya juga banyak tanggungan seperti membiayai sekolah saya, adik, dan kakak saya.”
 “Kalau begitu ibu ijinkan kalian menjajakan kue, tapi jangan lewat dari setengah jam telat masuk sekolahnya ya.” Kata ibu guru dengan nada yang lembut kepada mereka karena dia kasihan. Karena dia juga pernah merasakan hal yang lebih dari apa yang dialami murid-muridnya itu.
“Ya , insya Allah bu.” Kata Ahmad, Fahmi, dan Ijai.
Lalu mereka duduk di bangku masing-masing, dan mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Mereka ingin sekali meneruskan sekolah ke MTs.
Dan tiba saatnya ujian sekolah, ahmad pun bersiap-siap ke sekolah dan dia pun selalu berdoa agar lulus dengan nilai yang memuaskan. Untuk ujian ini dia tidak berjualan kue lagi.
Sebulan kemudian acara kelulusan dan perpisahan sekolah pun diadakan, ahmad sangat deg-degan karena ini adalah pengumuman hasil belajar selama 6 tahun sekolah. Dengan wajah lugunya dia sangatlah cemas, namun dia tetap yakin bisa lulus. Kepala sekolah pun maju dan mengumumkan kalau kelas 6 lulus semua. Ahmad dan teman-teman pun bergembira ria. Dalam hati ahmad menyebut rasa syukur.
“Alhamdulillah, aku dan teman-teman lulus, dan aku bisa melanjutkan sekolah, ayah di sana pasti senang sekali kalau ahmad lulus, ahmad akan selalu giat belajar agar ayah senang di sana. Aku sangat mencintai ayah.” kata Ahmad sambil meneteskan air mata.
Ahmad ada apa denganmu? Kan kamu juara 3 seharusnya kamu bergembira,
“aku teringat saja dengan ayahku. Seharusnya beliau yang menghadiri acara kelulusan ini, bukan kakak saya. Sudahlah ayah kamu pasti senang kok di sana, karena kamu lulus dengan juara 3. Jangan sedih lagi ya.”
 “Oke, semangat!”
Besok pendaftaran MTsN Negara PIP sudah dibuka, kita daftar sama-sama yuuk!”
“Oke lah, Alhamdulillah masih ada uang hasil berjualan kue untuk pendaftaran.”
“Kamu tetap aja suka menabung ya, Mi?”
“Iya dong, Fahmi. Hehehehehe.”
Ahmad pun akhirnya bersekolah di MTsN Negara PIP , dia tidak bisa berjualan kue keliling kampung lagi. Karena jarak sekolah sangat jauh dari rumahnya. Dan dia akan tetap tetap kerja, walaupun bukan sebagai penjaja kue lagi. Dia masih bingung mau kerja apa. Dia pun mendatangi kawannya.
“Mi, sekarang kita kerja apa ya, aku  masih bingung, kamu mau kerja apa?”
 “Aku sih kerjanya cuma memancing ikan aja di sungai.”
“Kalau begitu aku memancing juga, lumayan buat mamaku tidak usah lagi beli ikan.” Kata ahmad.
Keesokan harinya Ahmad pun membeli alat pancing ke pasar, dan dia mencari umpan sendiri di belakang rumah. Ketika sore hari ahmad bersama Fahmi dan Ijai pergi memancing di danau rawa-rawa. Danau itu cuma ada ketika musim hujan, kalau musim kemarau danau itu tidak ada, malah menjadi tempat yang subur untuk menanam padi, semangka, waluh, ubi, jagung dan tanaman lainnya.
Kalau musim bertanam mereka kerja membantu orang mengangkut semangka, waluh, jagung, ubi, dan hasil panen lainnya untuk dikirim ke daerah lain. Biasanya ,mereka medapat upah lima ribu rupiah, dan kerja sangatlah melelahkan.
Selama tiga tahun mereka kerja hingga tamat sekolah Madrasah Tsanawiyah. Dan akhirnya Ahmad memutuskan untuk sekolah SMK dan dia ingin sekali belajar mesin. Katanya dia bisa kerja setelah lulus sekolah. Dia menonton berita kalau anak SMK bisa membuat laptop, sepeda motor, dan mobil. Dia ingin sekali seperti mereka.
Akhirnya dia mendaftar sekolah SMK, dan dia sangatlah giat belajar. Selain belajar di sekolah dia juga belajar dari internet mencari sumber ilmu, agar dia bisa menciptakan sesuatu yang bisa membuat daerahnya bangga.
Selama tiga tahun di SMK dia berhasil lulus dengan predikat juara 1. Dan mendapat penghargaan. Karena dia berhasil merakit sebuah kendaraan yang ramah lingkungan dan hanya dengan memasukkan oli saja sudah bisa jalan, tanpa harus memerlukan bahan bakar minyak lagi dan perusahaan pun mengontrak dia, dan akhirnya dia menjadi ahli mesin yang handal.
“Ayah, Ahmad yang suka jualan kue, memancing, dan mengangkut semangka, kini Ahmad bisa menjadi orang sukses, ayah selalu bilang kepada saya
“Mandirilah nak, jangan pernah malas bekerja dan berdoa kepada Allah, insya Allah kamu sukses nak”
“Ayah, Ahmad akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk ayah.” Ahmad berkata sambil meneteskan air mata sambil memegang foto ayahnya. Lalu Ahmad membacakan surah Al-Fatihah untuk ayah tercintanya.
>>>>>>tamat<<<<<<<

v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar