Minggu, 09 Desember 2012

Puisi untuk Abah yang Paling ku Sayang


“Ayah”
Karya Muliani Rahmah

Di saat fajar belum tiba
Kau buka mata
Dan kau bangun dari pembaringan
Di saat sepi...
Kau hamparkan sajadah
Terucap doa berjuta harap
Terdengar sayup-sayup dari bibirmu
Doamu adalah kunciku
Dalam meraih bintang yang paling terang

 Ayah...
Sekilas wajahmu terlihat biasa
Namun hatimu ayah
Juga luar biasa
Seperti kasih sayang ibu
Tiada batasnya
Memeras keringat siang dan malam
Tapi masih sempat memupuk iman
Di hati anaknya...

Puisi ini untuk Ibuku


“Ibundaku Sayang”

Karya Muliani Rahmah

Rinduku telah kutitipkan pada doa
yang kupanjatkan di setiap sujudku

Ibu..

Apakah di sana
Baik-baik saja
Nyenyak kah tidurmu di sela lelah tubuhmu
Bekerja  siang malam untuk anakmu

Ibu..

Di setiap tetes air keringatmu
Bekerja
Menjaga
Melindungi
Demi membesarkanku
Tiada keluh
Tiada pamrih
Dan kau hanya ingin
Anakmu menjadi orang berguna
Kasih agungmu kau sentuhkan dengan lembut di hati dan ragaku

Sabtu, 01 Desember 2012

puisi


BERTAHAN

karya: Muliani Rahmah

Biarkan cinta kan luntur seiring terkikis air hujan
Aku jatuh
Dan aku jatuh
Biarlah rasa ini mencekik
aku bertahan
dan hati ini sanggup menahan pilus
Yang kau tancap
Begitu perih
Dan aku tiba teringat
Saat aku masih punya harapan
Tuk berdiri
Walau tanpa dendam

Aku tetap cemburu
Kian gelap ia menipu
Awan..
Kembalikan cahaya bintangku

Selasa, 20 November 2012

STUDI BANDING KE YOGYAKARTA

Pada semester lima, aku beserta mahasiswa PBSI FKIP UNLAM, aku pergi ke Yogyakarta pada tanggal 6-10 November 2012. Aku berangkat pagi jam 6 dari depan halaman Rektorat menuju Bandara Syamsuddin Noor menuju Bandara Juanda, Surabaya. Di bandara kami dijemput 3 bus dari Travel Renata Tour Surabaya menuju Yoyakarta, sebelum berangkat kami ke Jembatan Suramadu yang menguhubungkan kota Surabaya dengan pulau Madura. 

sesampai di Bandara Juanda, ambil koper dulu..

setelah dari Bandara Juanda kami jalan-jalan dulu ke jembatan Suramadu dan mampir di pulau Madura

suasana malam di Nganjuk setelah selesai shalat dan makan malam di restoran

berkunjung ke UNY melakukan studi Banding

suasana studi Banding di Auditorium kampus UNY





setelah dari UNY langsung capcus ke Magelang Jawa Tengah ke objek wisata Borobudur

foto bareng dulu sama bule-bule.. hehehehehehe
sebelum ke wisata Goa Pindul mampir dulu di UNY

aduuh foto rafting  di gua Pindul dan sungai Oyo gak ada.. hmmm..

jalan-jalan di Malioboro beli oleh-oleh ala kadarnya sesuai isi dompet yang ada.. wkwkwkwk


ke Jogja kalau gak mampir ke Kraton, sama aja gak ke sana..
kita melihat sejarah bangsa kita dulu






inilah suasana di gunung merapi di Slamen, Yogyakarta



















walau dengan saku seadanya, tapi aku dapat oleh-oleh pengalaman yang berharga untuk kubawa pulang ke Banjarmasin. Semoga pengalaman ini bisa bermanfaat bagi kehidupanku dan juga orang lain.

Minggu, 28 Oktober 2012

PANTAI KASIH



karya Muliani Rahmah

desir ombak di pantai
hiasan langit lembayung senja
awan mengantung indah membentuk wajahmu
hembusan angin menyapa
kutitipkan salam pada setiap hembusannya
aku di sini
teringat kamu
aku kan terus mendoakanmu
di sini
kenangan saat kita bergandengan tangan
ku tanpamu bagaikan laut tak berpantai
aku
tetaplah aku
yang masih setia
menunggu jawaban
atas cintaku
yang mungkin takkan terkikis
oleh hempasan ombak yang menghampiri
aku akan kokoh
seperti karang di laut
seperti bintang yang kan tetap bersinar
selamanya..



Rabu, 10 Oktober 2012

PENANTIAN



karya Muliani Rahmah


selamat malam wahai bintang
malam ini angin berhembus menusuk rasa
kemana kini kau yang ku sayang
aku hanya menunggumu tegar
tapi
bagaimana hati ini tak resah
bila pipi ini selalu basah
jika rindu ini menetes
lewat air mataku
bukan apa-apa
aku ingin memiliki dan menggenggam cintamu
buat apa
aku menunggumu
hingga saat ini
menanti terus
menanti
keajaiban kan ada
menyatukan hati kita
aku merayumu lewat hembusan angin malam
dalam rambatan gelombang doa-doa
di setiap sujudku
membasahi jiwa nan kering
ku coba musnahkan galau yang menapaki di pundak hati
pada-Nya aku meminta
hanya pada-Nya
agar kau bisa mengerti
mengerti penderitaan ini
karena sakit menunggumu



Senin, 08 Oktober 2012

PERTEMUAN KEMARIN


Karya Muliani Rahmah

Aku dan kamu bertemu pada satu titik
Seakan kau datang menjemputku
senyummu menyambut kedatanganku
bagaikan hujan yang sedang rintik

membasahi jiwa yang telah mengering
karena rindu yang menyesakkan kalbu




HARAPAN SEMPURNA



 karya Muliani Rahmah

hatimu yang keras kan lemah dengan sabarku
cintamu kan kugenggam lembut
hingga ku bisa menggandeng jiwamu di sisiku
dan ragaku bisa merasakan detak jantungmu

kini dan selamanya
aku tetap menanti setitik harapan
bersamamu adalah bahagia yang sempurna
ku persembahkan hanya untukmu

cinta sederhana ini dengan lebih kurangku
hingga ku bisa melihat senyummu
saat ku terbangun dari tidurku





Jumat, 21 September 2012

MASIH MENCINTA


karya Muliani Rahmah



Berkali-kali aku terjatuh

Aku tegar

Dan tetap berdiri

Di sini rinduku ku pupuk

Ku tahu

Berbunga hampa jua

Tetap saja aku

Masih mencinta

Hatimu juga masih tetap beku

Rindu



karya Muliani Rahmah

malam nan sunyi
aku di sini menatap layar sendiri
bertahan dalam rindu
rindu yang begitu pilu
sesadarnya aku
menatap gambar-gambar serta bayangmu
yang ingin memeluk hati
kini…
kau benci
diriku
membuang
menjauh
memutus
kini
tinggal aku sendiri
mengenangmu
pada cermin hati


Selasa, 18 September 2012

Cerpen



"MANDIRILAH ANAKKU"

karya Muliani Rahmah

Subuh yang sangat dingin Ahmad bangun dari lelap tidurnya. Dia bergegas mengambil air wudhu lalu shalat subuh berjama’ah di moshalla. Setelah dari mushalla dia dan dua temannya Fahmi dan Ijai bergegas ke rumah Bu Siti untuk mengambil kue untuk hari ini dia jajakan keliling kampung. Ahmad dan temannya berjualan dari desanya Habirau sampai desa Parigi. Dia menjual berbagai kue khas Banjar, seperti kue Untuk, Paranggi, Roti Pisang, Cincin, Pais Pisang, Putri Manjinguk, Ulin-Ulin, dan sebagainya. Dia selalu berteriak agar pembeli memanggil dia untuk singgah ke rumah. “ Untuk, Paranggi, Roti Pisang , Pais, Putri Manjinguk.” Kata-kata itu selalu di ulang-ulang, agar dagangannya laku semua.
Ahmad yang masih duduk di kelas 6 SD itu selau rajin berjualan kue , semenjak ayahnya meninggal dunia ketika dia duduk di kelas 4. Dia tidak ingin minta uang jajan kepada ibunya. Dia juga awalnya cuma ikut-ikutan dengan teman-temannya, katanya lumayan tidak usah lagi minta uang jajan kepada ibunya. Walaupun akibat mereka berjualan kue, mereka jadi terlambat sekolah dan tidak sempat mandi pagi. Dan kebiasaan itu berlangsung hingga mereka kelas 6. Selain menjajakan kue dari pagi hingga subuh mereka juga menjajakan kue Lupis pada siang harinya.
Ahmad memang bukan dari keluarga yang miskin ,dan ibunya juga masih mampu saja memberi dia uang jajan, namun dia sudah berpikir dewasa untuk bekerja sendiri tanpa harus merepotkan orang tuanya.
Suatu hari Ahmad dan teman-temannya menjajakan kue keliling kampung, namun kuenya banyak tidak laku, dan mereka harus menjual sampai ke desa Parigi, padahal mereka harus sekolah. Dan mereka mau tidak mau menjual dagangannya dengan harga modal. Apa yang terjadi, mereka terlambat masuk sekolah dan mendapat hukuman dari guru mereka.
Ahmad yang sangat pas-pasan nilai hasil belajarnya di sekolah, dia tetap saja menjajakan kue. Mungkin karena dia sudah sangat suka berjualan kue, sambil olahraga juga katanya. Walau sekolah tak sempat mandi. Suatu ketika di kelas, dan Ahmad baru datang menjajakan kue dia beserta teman-temannya masuk kelas.
“Ahmad, Fahmi, Ijai, kalian terlambat terus, nanti jangan terlambat lagi, dan nilai kalian juga anjlok, ibu harap kalian belajar sungguh-sungguh agar kalian kelas 6 ini lulus, karena kalian terlambat lebih dari 40 menit, jadi ibu beri kalian hukuman!”
“Ibu, tolong jangan hukum kami, kami setiap pagi harus menjajakan kue keliling kampung. Apa ibu tidak kasihan dengan kami?”
“Apa?  Kalian menjajakan kue setiap pagi?  Apa orang tua kalian benar-benar tidak mampu?” “kalau Fahmi dan Ijai memang anak yang tidak mampu bu. Dan saya cuma seorang anak yatim yang tidak mau minta uang jajan kepada ibu saya dan ibu saya juga banyak tanggungan seperti membiayai sekolah saya, adik, dan kakak saya.”
 “Kalau begitu ibu ijinkan kalian menjajakan kue, tapi jangan lewat dari setengah jam telat masuk sekolahnya ya.” Kata ibu guru dengan nada yang lembut kepada mereka karena dia kasihan. Karena dia juga pernah merasakan hal yang lebih dari apa yang dialami murid-muridnya itu.
“Ya , insya Allah bu.” Kata Ahmad, Fahmi, dan Ijai.
Lalu mereka duduk di bangku masing-masing, dan mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Mereka ingin sekali meneruskan sekolah ke MTs.
Dan tiba saatnya ujian sekolah, ahmad pun bersiap-siap ke sekolah dan dia pun selalu berdoa agar lulus dengan nilai yang memuaskan. Untuk ujian ini dia tidak berjualan kue lagi.
Sebulan kemudian acara kelulusan dan perpisahan sekolah pun diadakan, ahmad sangat deg-degan karena ini adalah pengumuman hasil belajar selama 6 tahun sekolah. Dengan wajah lugunya dia sangatlah cemas, namun dia tetap yakin bisa lulus. Kepala sekolah pun maju dan mengumumkan kalau kelas 6 lulus semua. Ahmad dan teman-teman pun bergembira ria. Dalam hati ahmad menyebut rasa syukur.
“Alhamdulillah, aku dan teman-teman lulus, dan aku bisa melanjutkan sekolah, ayah di sana pasti senang sekali kalau ahmad lulus, ahmad akan selalu giat belajar agar ayah senang di sana. Aku sangat mencintai ayah.” kata Ahmad sambil meneteskan air mata.
Ahmad ada apa denganmu? Kan kamu juara 3 seharusnya kamu bergembira,
“aku teringat saja dengan ayahku. Seharusnya beliau yang menghadiri acara kelulusan ini, bukan kakak saya. Sudahlah ayah kamu pasti senang kok di sana, karena kamu lulus dengan juara 3. Jangan sedih lagi ya.”
 “Oke, semangat!”
Besok pendaftaran MTsN Negara PIP sudah dibuka, kita daftar sama-sama yuuk!”
“Oke lah, Alhamdulillah masih ada uang hasil berjualan kue untuk pendaftaran.”
“Kamu tetap aja suka menabung ya, Mi?”
“Iya dong, Fahmi. Hehehehehe.”
Ahmad pun akhirnya bersekolah di MTsN Negara PIP , dia tidak bisa berjualan kue keliling kampung lagi. Karena jarak sekolah sangat jauh dari rumahnya. Dan dia akan tetap tetap kerja, walaupun bukan sebagai penjaja kue lagi. Dia masih bingung mau kerja apa. Dia pun mendatangi kawannya.
“Mi, sekarang kita kerja apa ya, aku  masih bingung, kamu mau kerja apa?”
 “Aku sih kerjanya cuma memancing ikan aja di sungai.”
“Kalau begitu aku memancing juga, lumayan buat mamaku tidak usah lagi beli ikan.” Kata ahmad.
Keesokan harinya Ahmad pun membeli alat pancing ke pasar, dan dia mencari umpan sendiri di belakang rumah. Ketika sore hari ahmad bersama Fahmi dan Ijai pergi memancing di danau rawa-rawa. Danau itu cuma ada ketika musim hujan, kalau musim kemarau danau itu tidak ada, malah menjadi tempat yang subur untuk menanam padi, semangka, waluh, ubi, jagung dan tanaman lainnya.
Kalau musim bertanam mereka kerja membantu orang mengangkut semangka, waluh, jagung, ubi, dan hasil panen lainnya untuk dikirim ke daerah lain. Biasanya ,mereka medapat upah lima ribu rupiah, dan kerja sangatlah melelahkan.
Selama tiga tahun mereka kerja hingga tamat sekolah Madrasah Tsanawiyah. Dan akhirnya Ahmad memutuskan untuk sekolah SMK dan dia ingin sekali belajar mesin. Katanya dia bisa kerja setelah lulus sekolah. Dia menonton berita kalau anak SMK bisa membuat laptop, sepeda motor, dan mobil. Dia ingin sekali seperti mereka.
Akhirnya dia mendaftar sekolah SMK, dan dia sangatlah giat belajar. Selain belajar di sekolah dia juga belajar dari internet mencari sumber ilmu, agar dia bisa menciptakan sesuatu yang bisa membuat daerahnya bangga.
Selama tiga tahun di SMK dia berhasil lulus dengan predikat juara 1. Dan mendapat penghargaan. Karena dia berhasil merakit sebuah kendaraan yang ramah lingkungan dan hanya dengan memasukkan oli saja sudah bisa jalan, tanpa harus memerlukan bahan bakar minyak lagi dan perusahaan pun mengontrak dia, dan akhirnya dia menjadi ahli mesin yang handal.
“Ayah, Ahmad yang suka jualan kue, memancing, dan mengangkut semangka, kini Ahmad bisa menjadi orang sukses, ayah selalu bilang kepada saya
“Mandirilah nak, jangan pernah malas bekerja dan berdoa kepada Allah, insya Allah kamu sukses nak”
“Ayah, Ahmad akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk ayah.” Ahmad berkata sambil meneteskan air mata sambil memegang foto ayahnya. Lalu Ahmad membacakan surah Al-Fatihah untuk ayah tercintanya.
>>>>>>tamat<<<<<<<

v

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA


BAHASA INDONESIA: KONSTRUKSI SINTAKSIS DAN APLIKASINYA
DALAM PENDIDIKAN KARAKTER


Oleh Muliani Rahmah

Abstrak

Makalah ini berisi tentang konstruksi sintaksis dan aplikasinya dalam pendidikan karakter. Di sini akan dibahas tentang pentingnya mengaplikasikan pelajaran bahasa termasuk sintaksis untuk membentuk karakter peserta didik pada zaman globalisasi saat ini, mengingat sekarang anak bangsa sedang krisis moral. Sebagai guru seharusnya lebih bisa seleksi dalam mengajar dan juga memperhatikan tutur kata yang baik agar bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya.

A.     Konstruksi Sintaksis
Sintaksis secara langsung dari bahasa Belanda syntaxis, yang kemudian dalam bahasa inggris menggunakan istilah sintax. Dengan kata lain sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa (M. Ramlan dengan bukunya Ilmu bahasa Indonesia Sintaksis). Sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa, dan tata bahasa itu merupakan salah satu cabang dari linguistik. Tata bahasa terdiri dari morfologi dan sintaksis. Sintaksis adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari seluk beluk struktur kalimat. Sintaksis mempelajari tata hubungan kata dengan kata lain dalam membentuk struktur yang lebih besar, yaitu frasa, klausa dan kalimat.
Istilah kontruksi menunjuk suatu konsep satuan bahasa yang bermakna. Dengan kata lain, konstruksi sintaksis adalah satuan bahasa bermakna berupa frasa, klausa, dan kalimat. Unsur terkecil konstruksi sintaksis adalah bentuk bebas atau kata. Konstruksi sintaksis memiliki ciri (1) anggotanya berupa bentuk bebas, (2) hubungan antara unsurnya dapat disisipi bentuk kata lain, (3) struktur unsurnya biasanya tidak tetap, (4) bentuknya berupa frasa, klausa, dan kalimat.

1.   Frasa
Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih dan hanya menduduki salah satu fungsi unsur klausa yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Dari pengertian di atas jelaslah bahwa frasa memiliki sifat sebagai berikut. (1) Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak memiliki unsur klausa atau predikatif. (2) Frasa merupakan satuan gramatif yang terdiri atas dua kata atau lebih dan hanya menduduki satu fungsi dalam klausa, yaitu fungsi subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Frasa dapat diklasifikasi berdasarkan unsur-unsur yang membentuk frasa, berdasarkan persamaan distribusinya dengan salah satu atau kedua unsurnya dan berdasarkan sifat hubungan internalnya. Kategori frasa adalah golongan frasa dilihat dari persamaan distribusinya dengan kategori (jenis, kelas, atau golongan) kata. Berdasarkan kategorinya frasa dapat digolongkan menjadi beberapa golongan: (1) frasa nominal, (2) frasa verbal, (3) frasa adjektival, (4) frasa numeralia, dan (5) frasa preposisional.
2.   Klausa
Klausa dapat dikatakan sebagai bagian inti kalimat atau dapat juga dikatakan sebagi pembentuk kalimat. Secara fungsional unsur inti klausa adalah subjek (S) dan predikat (P) unsur lain seperti objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket) boleh ada dalam klausa boleh juga tidak ada. unsur fungsional yang cenderung selalu dalam klausa adalah predikat (P). Perbedaan klausa dan kalimat dalam hal intonasi akhir atau tanda baca yang menjadi ciri kalimat sedangkan klausa tidak ada. Baik kalimat ataupun klausa merupakan konstruksi sintaksis yang mengandung unsur predikasinya. Dilihat dari segi internalnya, kalimat dan klausa keduanya terdiri atas unsur predikat dan subjek dengan atau tanpa objek, pelengkap atau keterangan.
3.   Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang dikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya.
Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan sedangkan spasi yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan. Tanda baca sepadan dengan jeda.
Kalimat maupun kelompok kata yang menjadi unsur kalimat dapat di pandang sebagai suatu konstruksi. Satuan-satuan yang membentuk suatu konstruksi disebut konstituen konstruksi tersebut.
B.     Aplikasi Konstruksi Sintaksis dalam Pendidikan Karakter
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan Nasional Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Pendidikan karakter dalam konstruksi sintaksis bisa kita aplikasikan. seorang guru dapat memanfaatkan dalam proses belajar mengajar materi kalimat atau sintaksis. Misalnya dalam menulis kalimat kita harus memperhatikan pilihan kata-kata yang sesuai dan menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD) yang secara tidak langsung dapat melatih ketelitian peserta didik.
Tujuan pendidikan karakter untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan, yang antara lain meliputi sebagai berikut:
1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
3. Menunjukkan sikap percaya diri;
4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
13. Menghargai karya seni dan budaya nasional;
14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;
18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;
20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
21. Memiliki jiwa kewirausahaan.

Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.
Dewasa ini, para orang tua semakin mempertanyakan jika tidak boleh dikatakan menggugat “ada apa dengan pendidikan kita”? Mereka gelisah melihat perilaku anak-anak mereka tadinya merupakan anak manis yang bersahaja, santun, tekun, dan disiplin, tiba-tiba begitu memasuki usia remaja mereka berubah menjadi “liar”. Pertahanan diri secara internal begitu rapuh, sedikit ada godaan langsung “kepincut”. Kosa kata indah seperti : mohon maaf”, terimakasih, permisi, makin menjauh dari perbendaharaan kata mereka sehari-hari. Tidak hanya itu, bahkan kosa kata yang dilontarkan oleh orang-orang dewasa dalam menyatakan pendapat mereka yang berbeda, juga jauh dari tatakrama.

Kenyataan tersebut dan ditambah dengan apa yang kita simak melalui media massa mengajak kita untuk merenungkan apa yang terjadi. Dalam ketenangan, tiba-tiba kita disentakkan oleh kabar kebrutalan sekelompok massa. Kemanakah bangsaku yang selama ini terkenal ramah?, jawara dalam berdiplomasi dan bermusyawarah untuk mencapai mufakat?. Tata krama,sopan santun, etika seakan menjadi formalitas saja yang hanya muncul dalam situasi formal saja. Frans Magnis Suseno dalam Sarasehan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa di Jakarta pada awal tahun lalu menyatakan bahwa: “Secara tradisional, kalau kita ketemu muka, kita masih menemukan sopan santun, dan etika, tetapi begitu berada di luar konteks tradisional, mereka lalu dapat menjadi keras secara massal, tidak bertanggung jawab, brutal dan kejam, melakukan hal-hal yang kemudian mereka sendiri merasa malu” (Suseno: 2010).
Terkait dengan hal tersebut, kebijakan pemerintah tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan ruang untuk itu, secara operasional penyusunan KTSP mengacu pada: (1) Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia; (2) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik; (3) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan; (4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (5) Tuntutan dunia kerja; (6) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; Agama; (6) Dinamika perkembangan global; (7) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan; (8) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat; (9) Kesetaraan Jender; (10) Karakteristik satuan pendidikan.

Roh atau jiwa kurikulum itu harus diterjemahkan dalam silabus dan rencana pembelajaran, serta direalisasikan pada praktik pembelajaran. Silabus sebagai perencanaan pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Prinsip pengembangan silabus adalah: Ilmiah, Relevan, Sistematis, Konsisten, Memadai, Aktual dan Kontekstual, Fleksibel, Menyeluruh.
Keberhasilan pendidikan karakter juga ditentukan oleh peran serta guru. Salah satu hal yang harus menjadi perhatian para pendidik adalah, bertutur kata dengan baik dan benar. Bahasa yang dilontarkan guru harus bermuatan kebajikan dan kalimat-kalimat positif.
Bahasa kebajikan merupakan salah satu bagian dalam pendidikan karakter yang tidak hanya membentuk siswa agar baik secara akademis tetapi juga berperilaku. Misalnya memberi pengakuan kepada siswa, seperti mengucapkan terima kasih karena telah  datang tepat waktu.
Guru harus bisa memberikan apresiasi kepada siswa ketika dia berbuat sesuatu yang benar. Akan tetapi, bahasa yang disampaikan juga harus bijak dan tepat. Kalimat-kalimat positif juga harus dilontarkan guru ketika memberikan peringatan terhadap siswanya. Maksudnya, kata yang digunakan harus kata yang tidak mengandung makna negatif.
Hasil dari pendidikan karakter juga tidak bisa dilihat dalam waktu singkat. Tetapi, hal-hal positif yang ditanamkan sejak dini akan terekam oleh anak sehingga membawanya menjadi pribadi yang baik saat beranjak remaja atau dewasa.

C.  Simpulan
Sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa, dan tata bahasa itu merupakan salah satu cabang dari linguistik. Tata bahasa terdiri dari morfologi dan sintaksis. Sintaksis adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari seluk beluk struktur kalimat. Sintaksis mempelajari tata hubungan kata dengan kata lain dalam membentuk struktur yang lebih besar, yaitu frasa, klausa dan kalimat.
Aplikasi yang didapat dari pembelajaran konstruksi sintaksis misalnya dalam membuat kalimat siswa diharuskan memperhatikan EYD itu dapat membuat siswa menjadi lebih teliti dan disiplin juga dalam menyusun kata-kata baik dalam berbicara maupun menulis siswa diajarkan memperhatikan kata-kata yang sopan agar terbiasa dalam bersopan santun. Keberhasilan pendidikan karakter juga ditentukan oleh peran serta guru. Salah satu hal yang harus menjadi perhatian para pendidik adalah, bertutur kata dengan baik dan benar. Bahasa yang dilontarkan guru harus bermuatan kebajikan dan kalimat-kalimat positif.  Guru harus bisa memberikan apresiasi kepada siswa ketika dia berbuat sesuatu yang benar. Akan tetapi, bahasa yang disampaikan juga harus bijak dan tepat. Kalimat-kalimat positif juga harus dilontarkan guru ketika memberikan peringatan terhadap siswanya. Maksudnya, kata yang digunakan harus kata yang tidak mengandung makna negatif.

D.  Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Noortyani, Rusma. 2007. Modul Sintaksis Bahasa Indonesia. Banjarmasin.