Kutatap
langit malam yang penuh bintang. Terlihat senyuman bulan yang menerangi
gelapnya malam desa parigi. Kudiam dan termenung ketika aku harus pergi jauh
menuntut ilmu ke Malang. Aku teringat pada kekasihku yang masih kuliah semester 5 di Banjarmasin. Sedangkan aku harus
melanjutkan kuliahku ke luar Kalimantan. Sedih rasa harus berpisah dari
keluarga dan kekasih yang kucintai.
Aku
sebenarnya harus tidur dan istirahat agar bisa bangun subuh-subuh sekali agar
bisa ke Bandara Syamsuddin Noor
Banjarbaru dengan tepat waktu. Kubaca BBM dari pacarku, Nina. Dia berpesan agar
dia diberi tahu kalau sudah berangkat ke Bandara, agar dia bisa melepaskan aku
pergi. Aku pun tertidur lelap.
Suara
kaum mesjid pun terdengar bagarakan subuh. Dan terdengar suara ayat-ayat suci
berkumandang menyambut fajar. Aku pun bangun lalu pergi ke kamar mandi. Setelah
mandi,aku siap-siap berwudhu karena adzan subuh sudah berkumandang.
Aku
pun shalat berjamaah di rumah, walau biasanya aku berjamaah di musala di dekat
rumah, karena ini saya harus cepat-cepat berangkat ke bandara bersama kedua
orang tuaku serta kakakku.
Subuh
yang dingin memaksa aku harus meninggalkan tempat kelahiranku. Mobil kami pun
berangkat. Beriiringan dengan taxi subuh Negara- Banjarmasin yang lalu lalang
menjeput penumpangnya. Terdengar suara anak kecil menjajakan kue khas Banjar.
Subuh di sini begitu ramai. Mobil kami melaju hingga sampai di ke Banjarbaru
selama 3,5 jam. Aku pun bording di bandara. Kutunggu Nina belum juga datang.
Apakah dia masih di jalan. Entah lah kutunggu-tunggu dia belum juga datang.
Karena waktu penerbangan sudah hampir tiba,
akupun masuk ke bus yang mengantar ke dekat pesawat yang akan kami
tumpangi. Aku pun masuk ke pesawat tanpa harus dilepas oleh kekasihku. Dan tak
ada satupun sms atau BBM darinya, malah HPnya tidak aktif keduanya. Akhirnya
aku matikan HP, karena pesawat ingin lepas landas. Aah, pastinya aku akan rindu
sangat rindu dengan dia. Aku sedih tidak bisa melepaskan aku pergi.
Setelah,
kurang lebih 1 jam aku pun sampai di bandara Juanda, Surabaya. Lalu kuhidupkan
HPku, sms Nina pun tak ada. aku harus istirahat di hotel bersama keluargaku
sebelum menemukan kost yang cocok untuk aku. Hati ini masih tak tenang karena
HP nya masih tidak aktif keduanya.
Ketika
aku mau menghubungi teman dekatnya, tiba-tiba HP BB aku error tidak bisa
dihidupkan. Dan aku terpaksa memperbaikinya besok. Ketika aku memperbaiki kartu
SIM selularnya hilang. Dan akhirnya aku harus ganti HP dan ganti kartu
sekaligus.
Aku
juga harus beres-beres karena aku harus tinggal di kost. karena kesibukan ini
aku lupa bahwa bisa menghubungi dia lewat facebook. Aah ternyata aku baru
ingat. Terakhir kali aku menggunakan facebook ketika aku bertengkar dengan dia.
Dia marah kalau aku suka main facebook, lalu diganti paswordnya lalu dia tutup
akunnya tanpa memberi tahu aku.
Setahun
kemudian….
Aku
pasrah dengan keadaan ini. Selama 1 tahun aku tanpa menghubungi dia. Dan aku
meraih gelar sarjana ini juga tanpa didampingi dia. Mungkin dia juga sudah
menyelesaikan D3 keperawatannya. Sebenarnya aku ingin melamar dia. Sejak kelas
2 SMA aku berpacaran dengan dia, baru kali ini aku merasa kehilangan dia.
Tapi
karena Nina, tak ada kabar lagi, aku pun jadian dengan seorang gadis Malang
yang sangat cantik dan pintar. Setahun aku bersama dia, seiring dengan tiada
kabar Nina. Aku mencoba setia. Namun kebaikan dan kecantikan Tita membuat aku
jatuh cinta. Dan mulai melupakan Nina.
Setelah
usai wisuda, aku pun pulang kampung. Aku tiba-tiba terkejut mendengar perkataan
teman sekampung aku, Ahmad.
“Zaini, kamu sudah
tidak berziarah ke makam pacar kamu?”
“Apa sih maksudnya?
Siapa yang meninggal?”
“Nina, pacar kamu.”
“innalillahi wa inna
ilaihi rajiun”, jantung ini serasa ingin copot dan berhenti berdetak.
“kapan dia meninggal?”
“dia meninggal ketika
kamu berangkat ke Banjarbaru ke bandara ingin melepas kamu ke Surabaya setahun
yang lalu. Keluarga kamu yang ada di Negara pun ingin menziarahi Nina. Namun
keluargamu ditolak ayah dan ibunya Nina, mereka marah kepada keluargamu. Karena
kamu Nina meninggal. Makanya keluarga kamu juga gak ada yang memberi tahu bahwa
Nina kecelakaan.”
“ya Allah, ampuni aku,
jika aku tahu dia meninggal, aku gak akan pergi ke Surabaya.”
“sabar ya Zai.”
“mungkin ini takdir
Allah.”
“mengapa aku tidak tau
semuanya.”
“aku sebenarnya mau
memberitahu kamu tapi kamu berhenti pakai BB, no. berganti, facebook tidak
aktif lagi, gimana aku menghubungi kamu.
Aku pun menziarahi
makam Nina, di sana aku bacakan Al-fathihah dan meminta maaf serta
mendoakannya.
Nina, Bidadariku..
Kau adalah segalanya
bagi aku..
Tapi aku meninggalkanmu
tanpa tahu keadaanmu.
Nina, gelar sarjana ini
kupersembahkan untuk kamu.
Dan sebenarnya aku
sangat mencintai kamu.
Tapi Tita sudah
menggantikan kamu di hati ini.
Maafkan aku,,
Aku mengira kamu telah
menghianati aku. Karena tak ada kabar sedikit pun dari kamu.
Maafkan aku..
Maafkan aku..
Nina..