2.1 Pengertian
a. Novel
Novel adalah karya sastra yang menceritakan suatu
kejadian yang luar biasa dari sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang
atau beberapa orang tokoh, di mana kejadian-kejadian itu menimbulkan pergolakan
batin yang mengubah perjalanan nasib tokohnya.
b. Hikayat
Kata hikayat berasal dari bahasa Arab
yang artinya cerita. Hikayat adalah cerita yang panjang yang sebagian isinya
mungkin terjadi sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya banyak terdapat hal-hal
yang tidak masuk akal, penuh keajaiban. (Dick hartoko dan B. Rahmanto memberikan
definisi hikayat sebagai jenis prosa cerita Melayu Lama yang mengisahkan
kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para orang suci
di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan dan muzizat tokoh utamanya,
kadang mirip cerita sejarah atau berbentu riwayat hidup.
Hikayat ini bersifat anonym (tidak nama
pengarang), bersifat pralogis (terdapat hal-hal yang tidak masuk akal), Istanasentris (cerita yang
mengisahkan kehidupan kerajaan), menggunakan bahasa melayu (bahasa Indonesia zaman
dahulu).
2.2 Unsur Pembangun Karya Sastra Prosa
Nurgiyantoro (1994: 23)
menjelaskan bahwa unsur pembangun karya sastra adalah unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang menyebabkan karya sastra
hadir sebagai karya sastra. Unsur ekstrinsik unsur yang berbeda di luar karya
sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau organisme karya
sastra. Secara lebih khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai
unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak
ikut menjadi bagian di dalamnya.
a. Unsur Intrinsik
1) Tema
Tema adalah tema adalah ide
yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak
pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.
2) Alur (Plot)
Alur adalah pola pengembangan cerita yang
terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Ada beberapa pendapat mengenai
tahapan-tahapan peristiwa dalam suatu cerita sebagai berikut.
Pertama, Aminuddin (dalam
Siswanto, 2008: 159) membedakan tahapan-tahapan peristiwa atas pengenalan,
konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian.
Kedua, Kosasih (2012: 63-64)
menyebutkan jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagian yaitu: 1) pengenalan
situasi cerita (eksposition), 2)
pengungkapan peristiwa (complication),
3) menuju pada adanya konflik (rising
action), 4) puncak konflik (turning point), 5) penyelesaian (ending).
3) Sudut Pandang
Sudut
pandang adalah cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana
untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk
cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Jenis sudut
pandang, yaitu:
1) Orang
pertama
a.
Orang
pertama sebagai tokoh utama. Pengarang memakai istilah aku dalam ceritanya dan pengarang
itu sendiri yang menjadi tokoh utamanya.
b.
Orang
pertama sebagai tokoh sampingan. Pengarang memakai istilah aku atau saya,
tetapi ia bukan tokoh utama, melainkan sebagai tokoh pembantu, atau hanya
memegang peranan kecil.
2) Orang ketiga sebagai
pengamat. Dalam cerita itu pengarang mempergunakan kata ia, dia, atau memakai
nama orang. Pengarang tidak memegang peranan apapun. Ia hanya menceritakan apa
yang terjadi di antara tokoh-tokoh cerita yang dikarangnya.
4) Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam
suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki
kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam
ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Penokohan
adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita. Jadi,
tokoh dan penokohan sangatlah penting karena menggambarkan orang yang ada di
dalam cerita, baik dari segi fisik dan sifatnya.
Teknik
penggambaran tokoh:
1. Teknik analitik, karakter
tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang.
2.
Teknik
dramatik, karakter tokoh dikemukakan melalui:
a. Penggambaran fisik dan
perilaku tokoh
b. Pengambaran lingkungan
kehidupan tokoh
c. Penggambaran tata kebahasaan
tokoh,
d. Pengungkapan jalan pikiran
tokoh,
e. Pengambaran oleh tokoh lain.
5) Latar
Latar adalah tumpuan pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial (suasana) tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan yang berfungsi untuk memperkuat
atau keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita.
Jenis latar: latar waktu,
latar tempat, dan latar suasana.
6) Amanat
Amanat merupakan ajaran
moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca
melalui karyanya itu.
7) Gaya Bahasa
Unsur-unsur bahasa yang
dapat membangun atau menciptakan teknik bercerita yang khas dinamakan gaya
bahasa. Gaya bahasa ini digunakan pengarang untuk membangun jalinan dengan
pemilihan diksi, ungkapan, majas (kiasan) dsb. yang menimbulkan kesan estetik
dalam karya sastra. Gaya bahasa ditandai
oleh ciri-ciri formal kebahasaan seperti pilihan kata, struktur kalimat,
bentuk-bentuk bahasa figuratif, penggunaan kohesi dan lain-lain.
Gaya adalah cara seorang
pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah
dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh
daya intelektual (pikiran, imajinasi) dan emosi pembaca (Aminuddin, 1984: 71
dalam Siswanto, 2008: 158-159).
b.
Unsur
Ekstrinsik
Wellek dan Warren (dalam
Nugiyantoro 1994: 24) menjelaskan bahwa unsur-unsur ekstrinsik juga memiliki
sejumlah unsur di antaranya keadaan subjektivitas individu pengarang yang
memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu akan
mempengaruhi karya sastra yang ditulisnya. Pendek kata, unsur biografi
pengarang akan turut menentukan corak karya yang dihasilkannya. Unsur
ekstrinsik yang lainnya berupa psikologi pengarang, psikologi pembaca, maupun
penerapan prinsip psikologi dalam karya. Keadaan di lingkungan pengarang
seperti ekonomi, politik, dan sosial juga akan berpengaruh karya sastra.
Unsur ekstrinsik adalah
unsur luar yang berpengaruh terhadap isi novel itu. Yang termasuk ke dalam
unsur luar itu adalah latar belakang pengarang, kondisi sosial budaya, termasuk
tempat novel itu dikarang.
a. Latar belakang pengarang:
asal daerah suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, dan
ideologi.
b. Kondisi sosial budaya.
Misalnya novel yang dikarang pada zaman penjajahan dengan zaman sekarang pasti
akan berbeda.
c. Tempat karya sastra
dikarang. Misalnya novel yang dikarang di daerah Kalimantan akan berbeda dengan
novel yang dikarang di Jawa atau di luar negeri.
novel Indonesia, novel terjemahan, dan hikayat
Contoh novel Indonesia, yaitu novel yang ditulis dengan
menggunakan bahasa Indonesia (hasil karya asli Indonesia). Contohnya, yaitu Ketika
Cinta Bertasbih, di Bawah Lindungan Ka’bah, Layar Terkembang, dll.
Novel terjemahan, yaitu novel yang ditulis oleh
orang luar negeri dan berbahasa asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. contohnya, yaitu Layla Majnun, the da Vinci Code, The Chronicles of
Narnia, Harry Potter, dll.
Contoh Sinopsis
1.
Novel
Indonesia
LAYAR TERKEMBANG
Sutan Takdir Alisjahbana
Roman Layar
Terkembang menceritakan perjuangan wanita Indonesia beserta cita-citanya. Dua
gadis bersaudara memiliki perangai yang berbeda. Maria adalah seorang dara yang
lincah dan periang, sedang Tuti selalu serius dan aktif dalam kegiatan wanita.
Maria memiliki badan yang ramping, ia baru berusia dua puluh tahun dan sekolah
di H.B.S Carpentier Alting Stichting kelas penghabisan. Tuti adalah kakak dari
Maria, badannya tegak dan agak gemuk. Ia telah berusia dua puluh lima tahun dan
menjadi guru di Sekolah H.I.S Arjuna di Petojo. Mereka adalah anak Raden
Wiriaatmaja , mantan wedana di daerah Banten dan ketika pensiun pindah ke
Jakarta.
Pada hari
minggu, kedua bersaudara itu pergi melihat-lihat akuarium di pasar ikan. Ketika
sampai di tempat tujuan, Maria kagum melihat ikan-ikan yang indah permai. Maria
adalah seseorang yang mudah kagum, yang mudah memuji dan memuja. Ia cepat
mengungkapkan perasaannya, baik perasaan senang maupun sedih. Berbeda dengan
kakaknya, Tuti bukan seorang yang mudah kagum dan heran melihat sesuatu.
Keinsafannya akan harga dirinya amat besar. Ia merasa pandai dan cakap dalam
mengerjakan sesuatu yang ingin dicapainya. Segala sesuatu diukurnya dengan
kecakapannya sendiri, oleh karena itu ia jarang memuji.
Perbedaan
sifat dan tingkah laku yang seperti siang dan malam itu tidak mengganggu tali
ikatan persaudaraan mereka. Ibu mereka telah meninggal dua tahun yang lalu,
sehingga mereka tinggal bertiga dengan ayah mereka.
Setelah
beberapa lama mereka asyik melihat-lihat ikan lalu keluarlah mereka. Ketika
daun pintu yang besar dibuka oleh mereka, terlihat laki-laki muda mengangkat
kepalanya melihat kearah mereka. Beberapa lama gadis itu berjalan-jalan di
beranda akuarium mengamati ikan-ikan yang aneh yang tersimpan dalam kaca dan
botol. Mereka akhirnya berjalan menuju tempat sepeda mereka masing-masing.
Ketika itu, keluarlah pemuda dari dalam dan menghampiri kedua gadis itu sebab
sepedanya terletak dekat dengan sepeda mereka. Akhirnya mereka berkenalan
dengan pemuda tersebut yang ternyata bernama Yusuf.
Yusuf adalah
Putra Demang Munaf di Martapura di Kalimantan Selatan. Yusuf adalah seorang
mahasiswa kedokteran, yang pada masa lalu dikenal dengan sebutan Sekolah Tabib
Tinggi. Ia tinggal bersama saudaranya yang tinggal di Sawah Besar di Daerah
Jawa.
Sejak
perkenalan itu, Yusuf tidak berhenti-hentinya memikirkan Tuti dan Maria. Namun
yang lebih ia pikirkan adalah Maria. Maria telah menarik hatinya. Muka Maria
lebih berseri-seri, matanya menyinarkan kegirangan hidup dan bibirnya
senantiasa tersenyum.
Di jalan Gang
Heuber turun seorang anak muda dari sepeda, ia adalah Yusuf. Dalam sepuluh
hari, ia telah lima kali datang ke rumah R.Wiriaatmaja. Setiap pagi ia menunggu
Maria di depan Alaidruslaan dan dari sana mereka bersama-sama pergi ke sekolah.
Tuti dan Ayahnya merasa bahwa Maria dan Yusuf sedang jatuh cinta.
Yusuf berkunjung ke rumah wiriaatmaja. Kedatangannya
disambut dengan lemah lembut dan hormat. Setelah meletakan sepedanya, Yusuf
duduk bersama Tuti dan Maria. Tidak berapa lama mereka berbincang-bincang,
kemudian terlihat seorang laki-laki yang kira-kira tiga puluh lima tahun
usianya turun dari delman dan masuk ke pekarangan menuju ke meja tempat ketiga
anak muda itu duduk. Ternyata yang datang adalah Parta. Ia adalah adik ipar
dari Wiriaatmaja. Lalu ia pun duduk bersama mereka. Tak berapa lama datanglah Wiriaatmaja
menghampiri mereka. Wiriaatmaja terlihat sangat bahagia menyambut kedatangan
iparnya itu. Merekapun berbincang-bincang, didalam perbincangannya Partadiharja
mengeluh tentang adiknya yang bernama Saleh yang bekerja di kantor justisi
sebagai ajun komis yang gajinya lumayan besar, tiba-tiba mengundurkan diri
tanpa alasan yang jelas dan tanpa sepengetahuan famili terlebih dahulu. Tuti
memberikan pendapat yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda pula namun hal
tersebut malah menjadi pertentangan antara Tuti dengan Parta. Akhirnya Tuti
memutuskan untuk diam karena ia tahu bahwa pertentangannya itu tidak akan
mendatangkan atau membuahkan hasil malah mungkin ia akan dibenci oleh pamannya
tersebut.
Tak berapa
lama senjapun mulai terlihat, Partadiharja pun pulang. Dan ketika beduk magrib
berbunyi, Wiriaatmaja masuk meninggalkan ketiga anak muda yang berada di
halaman untuk pergi sembahyang. Setelah kepergian Wiriaatmaja, merekapun
berbincang-bincang tentang agama, yang ujung-ujungnya terjadi pertentangan
antara ketiganya namun pertentangan tersebut tidak berlangsung lama karena
terdengar bunyi langkah kaki Bapaknya. Karena mereka tidak mau ada pertengkaran
dengan Bapaknya maka iapun memutuskan untuk mengakhiri perbincangan tentang
agama tersebut.
Setelah sejam
lamanya keempat orang tersebut bercakap-cakap tentang berbagai topik maka
kira-kira pukul delapan, Yusuf pamit untuk pulang.
Yusuf berlibur
ke rumah orang tuanya di Martapura untuk melepas lelah setelah ujian
kedokteran. Selama di Martapura Yusuf berkirim-kiriman surat dengan Maria.
Yusuf menceritakan pengalamannya selama di Martapura dan Maria menceritakan
keadaannya yang kesepian ditinggalkan saudaranya pergi menghadiri kongres.
Seiring
berjalannya waktu, timbullah benih-benih cinta antara Maria dan Yusuf.
Merekapun saling berjanji akan menikah di kemudian hari. Hal tersebut
diceritakan oleh Maria kepada Tuti dan Rukamah sepupu Maria.
Dinding
Gedung Permufakatan berat berhias daun kelapa dan daun beringin, disela-sela
kertas merah putih. Di dinding sebelah kanan nyata jelas tersusun huruf “Pemuda
Baru”, dan di sebelah kiri tertulis “Kongres Kelima”. Bau daun yang segar
memenuhi seluruh ruangan yang girang gembira dan terlihat cahaya lampu listrik
yang terang benderang. Di depan ruang itu terdapat layar berwarna ungu
berombak-ombak.
Dari pintu
yang terbuka lebar terlihat orang-orang yang berdatangan tiada henti-henti.
Makin banyak orang yang duduk di kursi dan bangku yang tersusun di dalam
gedung, diluar masih banyak terlihat orang-orang berduyun-duyun datang dari
jalan raya.
Dari pintu
bawah sebelah kanan, masuklah Maria kedalam ruangan lalu ia naik ke anak tangga
dan mencari-cari Yusuf dan Tuti. Setelah Yusuf terlihat olehnya, maka dengan
cepat ia memanggilnya untuk bersiap-siap memulai pertunjukkan.
Pukul delapan
datanglah seorang anak muda keluar dari belakang layar. Dengan suara nyaring,
ia memberi sambutan kepada penonton dan membacakan keputusan kongres. Ia juga
memberitahu bahwa akan ada pertunjukkan yang diharapkan dapat menjadi
kenang-kenangan yang indah dan tak terlupakan. Lalu ia pun kembali ke belakang
layar.
Tak berapa
lama setelah ia kembali kebelakang layar yang tertutup, diiringi oleh tepuk
tangan yang ramai, maka terbukalah layar yang ungu berombak-ombak tersebut.
Ketika itu juga, padamlah lampu dalam gedung itu dan di atas podium terpasang
cahaya biru, amat dahsyat sehingga menyinari pemandangan yang permai dan
memikat itu.
Pada suatu
hari keluarga Raden Wiraatmadja dikejutkan oleh hasil diagnosa dokter yang
menyatakan bahwa Maria mengidap penyakit TBC. Semakin hari kesehatan gadis itu
semakin melemah sekalipun ia telah menjalani perawatan intensif. Hal ini
membuat Yusuf merasa sedih. Pemuda itu mendampingi kekasih hatinya dengan
setia. Namun, penyakit TBC yang diderita Maria semakin hari semakin parah
sehingga tak lama kemudian Maria pun meninggal dunia. Sebelum ia menghembuskan
nafasnya yang terakhir, ia meminta kekasihnya untuk menerima kakaknya sebagai
penggantinya. Setelah Maria meninggal dunia, Tuti dan Yusuf menjalin hubungan
kasih. Mereka sepakat untuk menikah.
2.
Novel
Terjemahan
Seri 1 The Chronicles of Narnia: The Magician’s
Nephew
Karya: C.S. Lewis
Karya: C.S. Lewis
Diggory Kirke dan Polly Plummer
datang pada awal masa Narnia. Hal ini disebabkan karena mereka memakai cincin
yang diberikan Paman Andrew (pamannya Diggory) yang sudah lama berkutat
meneliti cincin itu. Dan Diggory dan Polly yang sudah sampai di negeri asing
itu melihat patung-patung bangsawan, dan di ujung terdapat patung yang sangat
cantik, tetapi juga menyiratkan kekejaman. Di sebelahnya, terdapat bel dan palu
yang bertuliskan pilihan: bunyikan bel dan hadapi bahaya atau akan mati
penasaran. Diggory memenangkan perdebatan sengit dengan Polly, Diggory
membunyikan bel itu. Kemudian patung wanita cantik itu bergerak dan bertingkah
seperti manusia. Wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Jadis, Ratu Agung.
Kemudian secara tidak sengaja
Jadis akhirnya terbawa oleh Diggory dan Polly kembali ke London. Paman Andrew
sangat mengagumi kencantikan Jadis. Tapi ternyata kelakuan Jadis sangat tidak
menyenangkan. Saat itu Jadis berjalan-jalan bersama Paman Andrew menaiki kereta
kuda sewaaan. Jadis membuat kekacuan hingga Diggory dan Polly turun tangan.
Mereka membawa Jadis, Paman Andrew, si kusir kereta bersama kudanya kembali ke
tanah asing itu lagi dengan cincin. Di sana, mereka melihat sosok singa yang
sedang membuat pohon-pohon dan menjadikan hewan bisa berbicara, salah satu termasuk
hewan yang bisa bicara tadi itu adalah kuda si kusir. Jadis segera lari
ketakutan. Diggory menghampiri singa itu yang bernama Aslan. Dia meminta untuk
diberikan sesuatu agar bisa menyembuhkan ibunya. Diggory menjelaskan bahwa
dialah yang membangunkan Jadis, yang tak lain adalah penyihir jahat yang kelak
akan menjadi ancaman bagi Narnia. Aslan mengatakan bahwa Diggory harus memetik
apel di daerah Barat untuk ditanam bijinya agar Jadis tidak bisa masuk ke
Narnia.
Akhirnya Diggory pergi bersama
Polly dan si kuda milik kusir yang telah diubah oleh Aslan menjadi kuda
bersayap dan diberi nama Fledge. Ketika mereka sampai, Diggory memetik apel
itu. Dan dilihatnya Jadis di sana, dia membujuk Diggory agar memetik apel hanya
satu untuk ibunya. Tapi Diggory tidak terpengaruh, dia memetik apel itu dan
bergegas pergi. Ketika sampai kembali di negeri asing itu yang sudah diberi
nama Narnia, penanaman pohon apel itu pun dimulai.
Setelah itu, dilakukan
pengangkatan Raja-Ratu baru Narnia, yaitu Raja Frank dan Ratu Helen, yang tak
lain adalah si kusir dan istrinya. Aslan membolehkan Diggory membawa apel itu
untuk ibunya. Setelah itu, mereka semua dipulangkan kembali ke London oleh
Aslan. Diggory segera memberikan apel itu untuk ibunya, dan ibunya pun sembuh.
Kemudian enam minggu setelah itu,
keluarga Diggory mendapat warisan rumah besar di pedesaan yang indah. Polly dan
Diggory selamanya berteman baik. Pohon apel itu bijinya ditanam di belakang
rumah dan menghasilkan apel-apel yang bagus, Tapi suatu hari pohon itu terkena badai
besar, dan Diggory Kirke yang sudah menjadi pria paro baya yang terkenal
menjadi Professor Kirke memutuskan untuk membuat pohon itu menjadi lemari
pakaian.
Walaupun
Diggory tidak menemukan keanehan pada lemari itu, tetapi ada orang-orang yang
beruntung yang bisa memasuki lemari itu suatu saat nanti. Dan petualangan yang
baru pun akan dimulai.
Laila Majnun
Syaikh Nizami Ganzavi
Disekolah
Qays termasuk anak yang rajin yang cerdas dan tekun. Ia dapat dengan menerima
pelajaran yang disampaikan sang guru. Ia termasuk anak yang mudah bergaul,
karena memiliki kefasihan lidah, dan pandai merangkai kata menjadi syair yang
indah. Diantara anak-anak dari berbagai kabilah, terlihat seorang gadis cantik
berusia belasan tahun. Wajahnya anggun mempesona, lembut sikapnya dan
penampilannya amat bersahaja. Gadis itu
bersinar cerah seperti mentari pagi, tubuhnya laksana pohon cemara, dan bola
matanya hitam laksana mata rusa. Rambutnya hitam, tebal dan bergelombang. Qays
sejak pertamkali meliht pancaran cahaya keindahan itu jiwanya langsung
bergetar. Namanya adalah Layla.
Qays tidaklah
menggantang asap, bertepuk sebelah tangan. Layla mawar jelita di taman nirwana
itu sudah tertarik pada Qays sejak pertama kali berjumpa. Gadis itu melihat
pesona yang memabukkan pada diri Qays. Cinta
mereka sudah mengakar dlm hati keduanya, tetapi mereka tidk ingin orang lain
mengetahui. Keduanya tidk menyadari jika kisah asmara mereka muli menjadi bahan
gunjingan. Angin berhembus membwa kisah asmara pada kelurga Layla. Kabar itu
bagaikan arang hitam yang membuat bani Qathibiyah tersinggung, harga diri
mereka ternoda. Kemarahan yang meluap sering membuat orang khilaf dan tidak
berpikir panjang. Demikian pula hawa amarah yang telah menguasai pikiran ayah Layla. Mereka tidak peduli lagi pada nasib anak
gadisnya. Keputusnnya telah bulat tidk ada yang membantah. Hanya ada satu cara untuk menghilangkan rasa
malu, yaitu mengurung Layla didalam rumah , tidak boleh pergi ke sekolah atau
pun berjumpa dengan kawan-kawannya.
Lama mereka
tak bertemu, Qays sang pemuda tidak kuat menahan rasa cinta yang seperti bara
itu. Ia pun menjadi seperti gila. Bertingkah dan berpenampilan aneh, hingga
orang-orang menertawakan dan mencemoohnya. “inilah si majnun, si orang gila,
majnun”. Majnun Terkadang menangis, terkadang tertawa. Tapi tangis atau tawanya
selalu ia iringi dengan melantunkan kidung-kidung cinta untuk sang kekasihnya
Layla. Syair-syair cintanya menyebar dari mulut ke mulut, dan akhirnya sampai
juga di telinga Layla.
Mendengar syair cinta yang begitu menyayat dari kekasihnya
yang telah menjadi gila Layla hanya bisa menangis sendiri di dalam kamarnya.
Karena ia harus menyembunyikan kesedihannya dari semua orang. Hingga Majnun
semakin gila, semakin kehilangan pikiran dan hatinya. Tapi orang-orang di
sekitarnya, termasuk sang sayid ayahnya tak bisa berbuat apa-apa. Berbagai cara
telah di tempuh namun hasilnya sama saja. Pernah pula sang sayid melamar Layla,
namun di tolak oleh orang tua Layla. Hingga Majnun pergi menyendiri,
mengasingkan dirinya menyusuri padang pasir Najd yang sangat berbahaya.
Tapi selama
menuyusuri gurun, dari oase ke oase banyak orang yang mengikuti majnun,
semata-mata karena hanya ingin mendengar kidung-kidung cinta yang senantiasa
dilantunkan majnun. Bahkan ada seorang pemuda yang pandai sekali berperang yang
simpati kepada majnun, ia berniat menolong majnun dengan memerangi kabilah
Layla. Demi mendapatkan Layla untuk diserahkan kepada majnun. Namun semua usaha
yang dilakukan orang-orang disekitar majnun sia-sia. Dan malah majnun semakin
gila. Semakin lupa siapa dirinya, semakin tak mengenali semua yang ada di
sekelilingnya.
Tapi
kesendirian majnun segera berakhir, sebab majnun sudah mendapatkan banyak
teman, semua binatang di gurun pasir Najd menjadi sahabat majnun. Majnun
seperti menjadi bagian dalam kehidupan bianatang-binatang itu. Bahkan menjadi
tuannya. Ia tinggal di sebuah bukit yang terjal, yang tak mudah untuk bisa
sampai sana. Tanpa selembar kainpun yang menutupi tubuhnya. Di sinilah puncak
dari rasa kecintaannya pada Layla.
Dalam rasa
kecintaan yang memuncak itu majnun mendapatkan berita yang tak pernah
disangka-sangka. Layla menikah dengan seorang kaya yang tampan. Namun meskipun
begitu cinta Layla tetap hanya untuk majnun. Begitu juga kehormatan sucinya.
Kabar buruk yang lain adalah berita tentang ayahnya yang meninggal yang sebelum
meninggalnya sempat mengunjungi majnun, memintanya untuk pulang. Lalu tidak
lama kemudian sang Ibu tercintanya pun mengikuti jejak ayahnya, berpulang pada
kuasa yang abadi. Inilah puncak kesedihan majnun.
Hingga suatu
peristiwa yang terjadi, yang dapat membuat majnun kembali. Dan hizrah dari
bukit di gurun pasir Najd. Yaitu peristiwa yang membuat hati sanagat terluka,
sangat menjerit. Lebih dari lukanya ketika kehilangan ayah dan ibunya. Yaitu
ketika majnun mendengar kabar bahwa kekasihnya Laila telah meninggal, karena
penyakitnya. Majnun segera pergi beserta semua sahabat binatangnya. Pergi
menziarahi makam Laila. Lalu menangis sedemikian menjerit. Ia memeluk tanah
kuburan Laila. Hingga majnun menghembuskan nafas terakhirnya di sana. Ia
meninggal sambil memeluk kubur Laila.
3. Hikayat
HIKAYAT RAJA PASAI
1.
Pemberian Nama Samudera
Maka
tersebutlah perkataan Merah Silu (diam) di Rimba Jerau itu. Sekali peristiwa
pada suatu hari Merah Silu pergi berburu. Ada seekor anjing dibawanya akan
perburuan Merah Silu itu, bernama si Pasai.
Dilepaskannya
anjing itu. Lalu, ia menyalak di atas tanah tinggi itu. Dilihatnya ada seekor
semut, besarnya seperti kucing. Ditangkapnya oleh Merah Silu semut itu, lalu
dimakannya. Tanah tinggi itupun disuruh Merah Silu tebas pada segala orang yang
sertanya itu. Setelah itu, diperbuatnya akan istananya. Setelah itu, Merah Silu
pun duduklah ia di sana; dengan segala hulubalangnya dan segala rakyatnya diam
ia di sana. Dinamai oleh Merah Silu negeri itu Samudera, artinya semut yang
amat besar (= raja); di sanalah ia diam raja itu.
2.
Pembangunan Negeri Pasai
Kata sahib
al-hikayat: Pada suatu hari, Sultan Malik as-Saleh pergi bermain-main berburu
dengan segala laskarnya ke tepi laut. Dibawanya seekor anjing perburuan bernama
si Pasai itu. Tatkala sampailah Baginda itu ke tepi laut, disuruhnya lepaskan
anjing perburuan itu. Lalu, ia masuklah ke dalam hutan yang di tepi laut itu.
Bertemu ia dengan seekor pelanduk duduk di atas pada suatu tanah yang tinggi.
Disalaknya oleh anjing itu, hendak ditangkapnya. Tatkala dilihat oleh pelanduk
anjing itu mendapatkan dia, disalaknya anjing itu oleh pelanduk.
Anjing itupun
undurlah. Tatkala dilihat pelanduk, anjing itu undur, lalu pelanduk kembali
pula pada tempatnya. Dilihat oleh anjing, pelanduk itu kembali pada tempatnya.
Didapatkannya pelanduk itu oleh anjing, lalu ia berdakap-dakapan kira-kira
tujuh kali.
Heranlah
Baginda melihat hal kelakuan anjing dengan pelanduk itu. Masuklah Baginda
sendirinya hendak menangkap pelanduk itu ke atas tanah tinggi itu. Pelanduk pun
lari; didakapnya juga oleh anjing itu. Sabda Baginda kepada segala orang yang
ada bersama-sama dengan dia itu:
"Adakah
pernahnya kamu melihat pelanduk yang gagah sebagai ini? Pada bicaraku sebab
karena ia diam pada tempat ini, itulah rupanya, maka pelanduk itu menjadi
gagah".
Sembah mereka
itu sekalian: "Sebenarnyalah seperti sabda Yang Maha Mulia itu".
Pikirlah Baginda itu:
"Baik
tempat ini kuperbuat negeri anakku Sultan Malik at-Tahir kerajaan". Sultan
Malik as-Salehpun kembalilah ke istananya. Pada keesokan harinya Bagindapun
memberi titah kepada segala menteri dan hulubalang rakyat tentera, sekalian
menyuruh menebas tanah akan tempat negeri, masing-masing pada kuasanya dan
disuruh Baginda perbuat istana pada tempat tanah tinggi itu.
Sultan Malik
as-Salehpun pikir di dalam hatinya, hendak berbuat negeri tempat ananda
Baginda. Titah Sultan Malik as-Saleh pada segala orang besar: "Esok hari
kita hendak pergi berburu".
Telah
pagi-pagi hari, Sultan Malik as-Salehpun berangkat naik gajah yang bernama
Perma Dewana.
Lalu berjalan
ke seberang datang ke pantai. Anjing yang bernama si Pasai itupun menyalak.
Sultan Malik as-Salehpun segera mendapatkan anjing itu. Dilihatnya, yang
disalaknya itu tanah tinggi, sekira-kira seluas tempat istana dengan
kelengkapan, terlalu amat baik, seperti tempat ditambak rupanya. Oleh Sultan
Malik as-Saleh tanah tinggi itu disuruh oleh Baginda tebas. Diperbuatnya negeri
kepada tempat itu dan diperbuatnya istana. Dinamainya Pasai menurut nama anjing
itu. Ananda Baginda Sultan Malik at-Tahir dirayakan oleh Baginda di Pasai itu.
3.
Peminangan Seorang Sultan dan
Perkawinannya
Kemudian dari
itu, Sultan Malik as-Saleh menyuruhkan Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din ke negeri Perlak
meminang anak Raja Perlak. Adapun Raja Perlak itu beranak tiga orang perempuan,
dan yang dua orang itu anak gehara, dan seorang anak gundik, Puteri Ganggang
namanya.
Telah Sidi
‘Ali Ghijas ad-Din datang ke Perlak, ketiga ananda itu ditunjukkannya kepada
Sidi ‘Ali Ghijas ad- Din. Adapun Puteri yang dua bersaudara itu duduk di bawah,
anaknya Puteri Ganggang itu didudukkan di atas tempat yang tinggi, disuruhnya
mengupas pinang.
Dan akan
saudaranya kedua itu berkain warna bunga air mawar dan berbaju warna bunga
jambu, bersubang lontar muda, terlalu baik parasnya. Sembah Sidi ‘Ali Ghijas
ad-Din kepada Raja Perlak:
"Ananda
yang duduk di atas, itulah pohonkan akan paduka ananda itu".
Tetapi Sidi
‘Ali Ghijas ad-Din tiada tahu akan Puteri Ganggang itu anak gundik Raja Perlak.
Maka Raja Perlakpun tertawa gelak-gelak, seraya katanya: "Baiklah, yang
mana kehendak anakku".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar