Minggu, 11 Maret 2012

Soal yang membuat GALAU setengah Hidup




Akhirnya waktu itu datang juga dan aku ikut test. Aku bersama temanku  Lilis berangkat ke BJM dan kami bermalam di rumah Ibu dosen. Aku mendapat cerita dari ibu dosen kalau mereka sekeluarga juga terjangkit virus sakit mata. Oooooh Tuhan ,, aku sangat merasa sangat berdosa telah menyebar virus itu. Semakin merasa berdosalah saya. Berkat virus sakit mata itulah aku berusaha semampu mungkin agar aku bisa lulus test.
Waaaaww, saat aku, lilies dan ka Arsyad datang ke kampus untuk melakukan test kuliah, aku pun terkejut kok banyak sih orang yang mau datang untuk test juga. Hahaha, namanya juga seleksi nasional, pasti banyak, apalagi Unlam adalah universitas unggulan. Bahkan jalan unlam yang luas pun terasa sesak dan padat sekali oleh ribuan kendaraan. Aku dan temanku hanyalah berjalan kaki. Biarlah kataku ini adalah perjuangan.

Sebelum test aku mencari  tempat dudukku, dan aku duduk di hampir paling belakang. Aku duduk di kursi yang sangat beda dengan waktu aku sekolah dulu. Kursinya langsung dengan mejanya dan dapat dilipat, sedangkan waktu sekolah mejanya lebih besar dan kursinya sandarannya lebih lebar. Aku duduk dan menatap ke samping ke kiri dan ke kanan, ke belakang dan ke muka. Ku lihat semuanya cowok. Wah aku adalah cewek di tengah-tengah empat cowok. Ibarat ada yang ganteng, pasti udah aku ajak kenalan. Hahahaha..
Aku duduk dengan manis menunggu dosen pengawas datang membagi soal, aku pecet HP ku ku hubungi semua teman-temanku, memohon agar didoakan lulus. Setelah semuanya aku hubungi. Aku berdoa dalam hati, membaca shalawat, surah Al-Insyirah hingga membaca surah yaasiin (hehehe, bercanda. Kepanjangan dan habis waktunya nanti gak jadi jawab soal). Aku dengan semangatnya menjawab soal. Mula-mula aku jawab yang mudah dengan santai sekali. Akhirnya aku mau kehabisan waktu, aku jawab semuanya soal dengan asal-asal dan berharap jawaban itu benar. Kata cowok di sebelah aku kok kamu menjawab asal-asalan siih, kan kalau salah dapat minus 1. Dan akhirnya waktu habis dan aku mengasihkan lembar jawabanku. Setelah keluar ruangan aku pun menjadi galau teringat jawabanku yang asal-asalan itu. Lalu aku jalan-jalan ke DM bersama Lilis untuk menghilangkan rasa galau. Aku enjoy sekali di DM. Dan aku beli baju yang harganya 90 ribu. Dan lebih membuat aku tambah galau adalah baju yang beli di pasang di rumah kok gak pas (ya iyalah dipasang di rumah, bayangkan aja situ, gak pas kan?). Tapi aku senang bisa beli buku di gramedia judulnya “Bumi Cinta” karya Habiburrahman penulis idolaku. Aku sangat senang bisa beli novel dan bantal bulu-bulu pink, yang sekarang ini udah kumal sekali karena sering dipakai untuk tidur dan tidurnya molor keluar liur. Sayang banget ya..

Sorenya kami pulang ke rumah ibu dosen,  kata bu dosen kok kalian baru datang, dari tadi ka Arsyad nungguin kami berdua sampe berlumut katanya. Hahaha.. Kasian juga kata kami. Dia juga sih gak ada sms (menyalahkan orang lain, padahal kami yang tidak minta izin ke DM. Hahaha)
Pada hari kedua aku dan lilies serta ka Arsyad mengikuti test lagi. Aku berharap agar jawabanku tidak membuat aku galau kayak hari kemarin. Aku berusaha menjawab dengan benar. Apalah daya tangan tak sampai, akhirnya aku nyerah juga menjawab dengan baik dan benar, karena soalnya memang sangatlah sulit dan di sekolah malah tidak pernah aku belajar seperti itu. Akhirnya aku asal-asalan menjawabnya, yang mana huruf dan bacaannya yang pina bungas ( bahasa Indonesianya agak cantik) itulah yang aku pilih. Aku bisa menjawab dengan tepat waktu malah waktu yang tersisa adalah sekitar sejam lagi. Aku yakin dengan jawabanku dan berusaha untuk tidak galau. Sekian lama menunggu akhirnya keluar ruangan juga. Dan bisa pulang ke Negara.

Kami bertiga pun pulang cepat-cepat dan kayaknya taksi mau jemput di depan rumah ibu dosen. Ternyata malah kami yang menunggu. Kami yang lagi galau dan cepat mau pulang kampung. Di suruh makan dulu, malah kami menolak dan duduk bengong di teras. Dan berharap karena yakin nanti bisa singgah makan di rumah makan. Eehh, ternyata dalam perjalanan kami tidak ada singgah untuk makan. Untung tadi ada makan kue bekas membeli di depan gang. Perut lapar yang sangat menyiksa ini membuat kami malah tidak bahagia dan tambah galau.  Singgah di Kandangan pun tidak. Aku berharap sampe di rumah ada makanan yang enak yang sudah disiapkan oleh mama. Ternyata di rumah hanya ada sisanya saja. Itulah yang aku makan.

Pesan saya: janganlah tergesa-gesa dan hargailah pemberian orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar