Selasa, 10 Desember 2013

“Cinta di Batas Maut”



Kutatap langit malam yang penuh bintang. Terlihat senyuman bulan yang menerangi gelapnya malam desa parigi. Kudiam dan termenung ketika aku harus pergi jauh menuntut ilmu ke Malang. Aku teringat pada kekasihku yang masih kuliah semester  5 di Banjarmasin. Sedangkan aku harus melanjutkan kuliahku ke luar Kalimantan. Sedih rasa harus berpisah dari keluarga dan kekasih yang kucintai.
Aku sebenarnya harus tidur dan istirahat agar bisa bangun subuh-subuh sekali agar bisa  ke Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru dengan tepat waktu. Kubaca BBM dari pacarku, Nina. Dia berpesan agar dia diberi tahu kalau sudah berangkat ke Bandara, agar dia bisa melepaskan aku pergi. Aku pun tertidur lelap.
Suara kaum mesjid pun terdengar bagarakan subuh. Dan terdengar suara ayat-ayat suci berkumandang menyambut fajar. Aku pun bangun lalu pergi ke kamar mandi. Setelah mandi,aku siap-siap berwudhu karena adzan subuh sudah berkumandang.
Aku pun shalat berjamaah di rumah, walau biasanya aku berjamaah di musala di dekat rumah, karena ini saya harus cepat-cepat berangkat ke bandara bersama kedua orang tuaku serta kakakku.
Subuh yang dingin memaksa aku harus meninggalkan tempat kelahiranku. Mobil kami pun berangkat. Beriiringan dengan taxi subuh Negara- Banjarmasin yang lalu lalang menjeput penumpangnya. Terdengar suara anak kecil menjajakan kue khas Banjar. Subuh di sini begitu ramai. Mobil kami melaju hingga sampai di ke Banjarbaru selama 3,5 jam. Aku pun bording di bandara. Kutunggu Nina belum juga datang. Apakah dia masih di jalan. Entah lah kutunggu-tunggu dia belum juga datang. Karena waktu penerbangan sudah hampir tiba,  akupun masuk ke bus yang mengantar ke dekat pesawat yang akan kami tumpangi. Aku pun masuk ke pesawat tanpa harus dilepas oleh kekasihku. Dan tak ada satupun sms atau BBM darinya, malah HPnya tidak aktif keduanya. Akhirnya aku matikan HP, karena pesawat ingin lepas landas. Aah, pastinya aku akan rindu sangat rindu dengan dia. Aku sedih tidak bisa melepaskan aku pergi.
Setelah, kurang lebih 1 jam aku pun sampai di bandara Juanda, Surabaya. Lalu kuhidupkan HPku, sms Nina pun tak ada. aku harus istirahat di hotel bersama keluargaku sebelum menemukan kost yang cocok untuk aku. Hati ini masih tak tenang karena HP nya masih tidak aktif keduanya.
Ketika aku mau menghubungi teman dekatnya, tiba-tiba HP BB aku error tidak bisa dihidupkan. Dan aku terpaksa memperbaikinya besok. Ketika aku memperbaiki kartu SIM selularnya hilang. Dan akhirnya aku harus ganti HP dan ganti kartu sekaligus.
Aku juga harus beres-beres karena aku harus tinggal di kost. karena kesibukan ini aku lupa bahwa bisa menghubungi dia lewat facebook. Aah ternyata aku baru ingat. Terakhir kali aku menggunakan facebook ketika aku bertengkar dengan dia. Dia marah kalau aku suka main facebook, lalu diganti paswordnya lalu dia tutup akunnya tanpa memberi tahu aku.
Setahun kemudian….
Aku pasrah dengan keadaan ini. Selama 1 tahun aku tanpa menghubungi dia. Dan aku meraih gelar sarjana ini juga tanpa didampingi dia. Mungkin dia juga sudah menyelesaikan D3 keperawatannya. Sebenarnya aku ingin melamar dia. Sejak kelas 2 SMA aku berpacaran dengan dia, baru kali ini aku merasa kehilangan dia.
Tapi karena Nina, tak ada kabar lagi, aku pun jadian dengan seorang gadis Malang yang sangat cantik dan pintar. Setahun aku bersama dia, seiring dengan tiada kabar Nina. Aku mencoba setia. Namun kebaikan dan kecantikan Tita membuat aku jatuh cinta. Dan mulai melupakan Nina.
Setelah usai wisuda, aku pun pulang kampung. Aku tiba-tiba terkejut mendengar perkataan teman sekampung aku, Ahmad.
“Zaini, kamu sudah tidak berziarah ke makam pacar kamu?”
“Apa sih maksudnya? Siapa yang meninggal?”
 “Nina, pacar kamu.”
“innalillahi wa inna ilaihi rajiun”, jantung ini serasa ingin copot dan berhenti berdetak.
“kapan dia meninggal?”
“dia meninggal ketika kamu berangkat ke Banjarbaru ke bandara ingin melepas kamu ke Surabaya setahun yang lalu. Keluarga kamu yang ada di Negara pun ingin menziarahi Nina. Namun keluargamu ditolak ayah dan ibunya Nina, mereka marah kepada keluargamu. Karena kamu Nina meninggal. Makanya keluarga kamu juga gak ada yang memberi tahu bahwa Nina kecelakaan.”
“ya Allah, ampuni aku, jika aku tahu dia meninggal, aku gak akan pergi ke Surabaya.”
“sabar ya Zai.”
“mungkin ini takdir Allah.”
“mengapa aku tidak tau semuanya.”
“aku sebenarnya mau memberitahu kamu tapi kamu berhenti pakai BB, no. berganti, facebook tidak aktif lagi, gimana aku menghubungi kamu.
Aku pun menziarahi makam Nina, di sana aku bacakan Al-fathihah dan meminta maaf serta mendoakannya.
Nina, Bidadariku..
Kau adalah segalanya bagi aku..
Tapi aku meninggalkanmu tanpa tahu keadaanmu.
Nina, gelar sarjana ini kupersembahkan untuk kamu.
Dan sebenarnya aku sangat mencintai kamu.
Tapi Tita sudah menggantikan kamu di hati ini.
Maafkan aku,,
Aku mengira kamu telah menghianati aku. Karena tak ada kabar sedikit pun dari kamu.
Maafkan aku..
Maafkan aku..
Nina..