Akhirnya waktu itu datang juga
dan aku ikut test. Aku bersama temanku
Lilis berangkat ke BJM dan kami bermalam di rumah Ibu dosen. Aku mendapat
cerita dari ibu dosen kalau mereka sekeluarga juga terjangkit virus sakit mata.
Oooooh Tuhan ,, aku sangat merasa sangat berdosa telah menyebar virus itu. Semakin
merasa berdosalah saya. Berkat virus sakit mata itulah aku berusaha semampu
mungkin agar aku bisa lulus test.
Waaaaww, saat aku, lilies dan ka
Arsyad datang ke kampus untuk melakukan test kuliah, aku pun terkejut kok
banyak sih orang yang mau datang untuk test juga. Hahaha, namanya juga seleksi
nasional, pasti banyak, apalagi Unlam adalah universitas unggulan. Bahkan jalan
unlam yang luas pun terasa sesak dan padat sekali oleh ribuan kendaraan. Aku dan
temanku hanyalah berjalan kaki. Biarlah kataku ini adalah perjuangan.
Sebelum test aku mencari tempat dudukku, dan aku duduk di hampir
paling belakang. Aku duduk di kursi yang sangat beda dengan waktu aku sekolah
dulu. Kursinya langsung dengan mejanya dan dapat dilipat, sedangkan waktu
sekolah mejanya lebih besar dan kursinya sandarannya lebih lebar. Aku duduk dan
menatap ke samping ke kiri dan ke kanan, ke belakang dan ke muka. Ku lihat
semuanya cowok. Wah aku adalah cewek di tengah-tengah empat cowok. Ibarat ada
yang ganteng, pasti udah aku ajak kenalan. Hahahaha..
Aku duduk dengan manis menunggu
dosen pengawas datang membagi soal, aku pecet HP ku ku hubungi semua
teman-temanku, memohon agar didoakan lulus. Setelah semuanya aku hubungi. Aku berdoa
dalam hati, membaca shalawat, surah Al-Insyirah hingga membaca surah yaasiin (hehehe,
bercanda. Kepanjangan dan habis waktunya nanti gak jadi jawab soal). Aku dengan
semangatnya menjawab soal. Mula-mula aku jawab yang mudah dengan santai sekali.
Akhirnya aku mau kehabisan waktu, aku jawab semuanya soal dengan asal-asal dan
berharap jawaban itu benar. Kata cowok di sebelah aku kok kamu menjawab
asal-asalan siih, kan kalau salah dapat minus 1. Dan akhirnya waktu habis dan
aku mengasihkan lembar jawabanku. Setelah keluar ruangan aku pun menjadi galau
teringat jawabanku yang asal-asalan itu. Lalu aku jalan-jalan ke DM bersama
Lilis untuk menghilangkan rasa galau. Aku enjoy sekali di DM. Dan aku beli baju
yang harganya 90 ribu. Dan lebih membuat aku tambah galau adalah baju yang beli
di pasang di rumah kok gak pas (ya iyalah dipasang di rumah, bayangkan aja situ,
gak pas kan?). Tapi aku senang bisa beli buku di gramedia judulnya “Bumi Cinta”
karya Habiburrahman penulis idolaku. Aku sangat senang bisa beli novel dan
bantal bulu-bulu pink, yang sekarang ini udah kumal sekali karena sering
dipakai untuk tidur dan tidurnya molor keluar liur. Sayang banget ya..
Sorenya kami pulang ke rumah ibu
dosen, kata bu dosen kok kalian baru
datang, dari tadi ka Arsyad nungguin kami berdua sampe berlumut katanya. Hahaha..
Kasian juga kata kami. Dia juga sih gak ada sms (menyalahkan orang lain,
padahal kami yang tidak minta izin ke DM. Hahaha)
Pada hari kedua aku dan lilies serta
ka Arsyad mengikuti test lagi. Aku berharap agar jawabanku tidak membuat aku
galau kayak hari kemarin. Aku berusaha menjawab dengan benar. Apalah daya
tangan tak sampai, akhirnya aku nyerah juga menjawab dengan baik dan benar,
karena soalnya memang sangatlah sulit dan di sekolah malah tidak pernah aku
belajar seperti itu. Akhirnya aku asal-asalan menjawabnya, yang mana huruf dan
bacaannya yang pina bungas ( bahasa
Indonesianya agak cantik) itulah yang aku pilih. Aku bisa menjawab dengan tepat
waktu malah waktu yang tersisa adalah sekitar sejam lagi. Aku yakin dengan
jawabanku dan berusaha untuk tidak galau. Sekian lama menunggu akhirnya keluar
ruangan juga. Dan bisa pulang ke Negara.
Kami bertiga pun pulang cepat-cepat
dan kayaknya taksi mau jemput di depan rumah ibu dosen. Ternyata malah kami
yang menunggu. Kami yang lagi galau dan cepat mau pulang kampung. Di suruh
makan dulu, malah kami menolak dan duduk bengong di teras. Dan berharap karena
yakin nanti bisa singgah makan di rumah makan. Eehh, ternyata dalam perjalanan
kami tidak ada singgah untuk makan. Untung tadi ada makan kue bekas membeli di
depan gang. Perut lapar yang sangat menyiksa ini membuat kami malah tidak
bahagia dan tambah galau. Singgah di
Kandangan pun tidak. Aku berharap sampe di rumah ada makanan yang enak yang
sudah disiapkan oleh mama. Ternyata di rumah hanya ada sisanya saja. Itulah yang
aku makan.
Pesan saya: janganlah tergesa-gesa
dan hargailah pemberian orang.